Hoby Mancing Ikan

Tempat berbagi pengalaman sesama peng hoby mancing

Wednesday, August 20, 2014

Cerita riil Mancing Ikan Baung berbarengan Wewe Gombel


Sore itu Balkan berbarengan mertua serta ke-2 rekannya punya maksud memancing ikan Baung di suatu sungai yang cukup besar di tepi suatu desa di Kotabumi, Lampung Utara. Mereka berempat pergi dari rumah mengendarai dua buah motor berboncengan. Tempat memancing ikan cukup jauh dari desa serta agak masuk kepedalaman, hingga motor cuma dapat parkir hingga ke suatu gubuk di pinggir ladang punya salah seseorang petani. Motor lantas dititipkan pada seseorang lelaku tua paruh baya yang kenakan pakaian lusuh.

Mereka berempat sesungguhnya belum pernah memancing ke daerah itu, tetapi mereka ketahui tempatnya atas panduan rekan mereka yang pernah memancing di sana. Mereka ajukan pertanyaan pada lelaki tua itu tempat yang pas untuk memancing ikan Baung, lantas pria ramah itu memberitahu ancar-ancar tempat sungai yang umum digunakan orang memancing. Menurut dia, mereka mesti jalan ke arah Barat dengan menyusuri jalan setapak yang berjarak seputar 3 km. Patokannya yaitu suatu pohon beringin tua, tidak jauh dari sana bakal didapati suatu sungai yang cukup besar.

Mereka berempat pergi menuju sungai dengan menyusuri jalan setapak yang sempit serta dipenuhi dengan rumput ilalang. Kiri-kanan jalan ada banyak didapati rimba yang cukup lebat, sesekali melalui sebagian ladang masyarakat. Seputar 1/2 jam perjalanan, pada akhirnya mereka temukan pohon beringin tua yang cukup besar. Tak jauh dari pohon beringin itu ada sungai yang cukup luas serta dalam. Air sungai berwarna kecoklatan mengalir dengan tenang. Sebagian pohon bambu yang cukup lebat menghiasai pinggiran sungai itu. Mereka lantas menyisir pinggir sungai sembari mencari tempat yang pas untuk memancing. Mereka tiba saat hari telah mendekati Maghrib.

Balkan, mertua serta ke-2 rekannya mengambil posisi memancing dengan posisi berbeda, jarak di antara mereka kurang lebih 30 m. Di antara mereka tak sama-sama tampak lantaran dihalangi oleh semak belukar serta pohon bambu yang rindang.

Telah jadi rutinitas orang-orang di Lampung, bila memancing ikan Baung memakai umpan kucur, yang terbuat ikan serta daging busuk yang digabung kapuk. Balkan tak menyia-nyiakan waktunya untuk selekasnya memacang umpan kucur di mata pancingnya. Perburuan ikan Baung juga selekasnya diawali.

Telah satu jam berlalu, langitpun telah beralih jadi gelap. Tetapi sinar rembulan pada malam itu cukup menolong bikin situasi jadi remang-remang. Anehnya, hingga sekarang ini tidak satupun ikan Baung didapat Balkan. Lantas dia beranjak dari tempat duduknya serta bergerak menuju tempat memancing rekannya yang paling dekat. Dijumpai rekannya telah memperoleh dua ekor ikan Baung yang cukup besar. Tak tahu lantaran solidaritas atau mungkin mau mempunyai privacy sendiri, rekannya itu malah beralih memancing ketempat lain. Pasti Balkan tak menyia-nyiakan peluang baik ini, lantas posisi rekannya digantikan oleh Balkan. Dalam hati dia memikirkan, juga bakal memperoleh ikan Baung seperti rekannya tadi.

Kembali Balkan mempersiapkan umpan kucur serta melemparkan mata pancingnya ke arah sungai, di bawah pohon bambu rimba yang sangatlah lebat. Mendadak tali senarnya bergerak lincah ke sana kemari. Pasti ikan Baung besar telah mengonsumsi umpannya, pikir Balkan. Pergumulan juga selekasnya diawali. Balkan selekasnya memainkan ketrampilannya menarik serta mengulur senarnya sedemikian rupa supaya ikan Baung tangkapannya tak terlepas demikian saja. Sebagian detik lalu pancingnya tersentak keras serta Balkan terasa mata pancingnya lepas, lantaran tarikannya jadi mudah sekali.

Selekasnya digulungnya senar pancingnya untuk meyakinkan apa yang berlangsung. Saat ujung senar nampak ke permukaan air, nyatanya mata pancingnya tak putus, bahkan juga umpan serta timah pemberat pancingpun masihlah terpasang rapi. Alhamdulillah, hati Balkan tak terlampau kecewa lantaran tak perlu ganti mata pancingnya. Tetapi dia mulai terasa aneh dengan peristiwa ini.

Mata pancing kembali dilemparkan ke sungai. Selang beberapa saat, kembali senarnya mengencang. Kesempatan ini Balkan tidak ingin menyia-nyiakan peluang dalam memainkan pancingnya. Dengan beragam tehnik serta pengalaman yang dipunyainya dia berupaya menaklukkan Ikan Baung yang tengah mengonsumsi umpannya. Pergumulan kembali berlangsung dengan sengit, tarik menarik pada Ikan serta Balkan berjalan sebagian menit lamanya. Sayangnya, peristiwa pertama tadi terulang kembali. Mendadak dia terasa ikan itu menyentak pancingnya dengan keras serta sebagian detik lalu tarikannya merasa enteng sekali, tandanya mata pancingnya lepas dibawa ikan.

Kembali kekecewaan Balkan terobati lantaran mata pancingnya nyatanya masihlah utuh, seperti tak berlangsung apa-apa. Sudah pasti Balkan makin heran, semestinya mata pancingnya putus lantaran tarikan ikan Baung tadi keras sekali. Namun dia masihlah penasaran serta kembali melempar mata pancingnya ke tengah sungai.

Baru juga masuk sebagian detik ke sungai, umpan kucur di mata pancingnya merasa ada yang memakannya. Peristiwa seperti pada awal mulanya kembali berlangsung. Pergumulan pada Bakan serta ikan lebih seru dari mulanya. Tarik menarik berjalan lama serta cukup kuras tenaga. Pada akhirnya kembali lagi Balkan dikalahkan oleh ikan misterius itu. Dia terasa mata pancingnya kesempatan ini pasti betul-betul putus, lantaran tarikan senarnya telah segera mengendur. Namun saat hingga ke permukaan air, mata pancing serta timah pemberatnya masihlah terpasang rapi, terkecuali umpan kucur yang telah tak ada.

Mungkin saja lantaran jengkel telah alami peristiwa ini sepanjang tiga kali, kesabaran tukang ojek yang merangkap juga sebagai guru ngaji ini juga mulai hilang. Sumpah serapah keluar dari mulutnya.

“Dasar ikan sialan! Bila ingin makan umpan ya makan saja, janganlah main-main. Bila anda setan, nampak saja sekalian …, ” teriak Balkan dengan jengkel, 1/2 menantang.

Sembari duduk bersila, Balkan memegang mata pancingnya serta punya maksud menempatkan kucur yang ada disisi kanannya, sembari menyalakan batere kecil juga sebagai penerangannya. Saat kepalanya melihat ke kenan, alangkah terkejutnya lantaran disebelahnya ada seseorang nenek-nenak tengah jongkok kenakan pakaian kebaya zaman dahulu dengan ke-2 bola matanya yang panjang melotot serta muka berantakan dipenuhi tonjolan-benjolan seperti orang terserang penyakit kusta. Sontak seluruhnya bulu kuduk serta seluruhnya rambut yang dipunyai Balkan berdiri tegak seperti landak.

Sebagian detik lamanya tubuh Balkan tak dapat bergerak serta sama-sama pandang dengan hantu wewe gombel yang ada di hadapannya. Masihlah mujur, dalam keadaan takut yang mengagumkan, dia teringat nasehat almarhum ayahnya. Beliau pernah bercerita bila ketemu dengan hantu, hujamkan pisau atau mungkin benda tajam yang lain ke bumi, maka hantu itu juga bakal hilang. Dengan bekas kemampuan yang masihlah tersisa, dengan cara repleks Balkan mengambil pisau belati yang tersimpan dari balik pakaiannya serta menghujamkannya ke bumi sembari mengatakan sumpah serapah. Sontak saja wewe gombel itu mendadak menghilang dari pandangannya.

Lalu Balkan selekasnya berdiri serta berteriak minta tolong sembari memanggil mertuanya. “Tttttteoolooong …a.. a.. baaaaah! ”

Sekian kali Balkan berteriak, namun anehnya, nada dari mulutnya seolah-olah terganjal di tenggorokan. Dia terasa telah berteriak sekeras-kerasnya, tetapi akhirnya malah nihil, tidak terdengar nada sedikitkpun dari mulutnya.




Nyatanya....

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Cerita riil Mancing Ikan Baung berbarengan Wewe Gombel

0 comments: